Potensiometri

Metode potensiometri didasarkan atas pengukuran selisih atau beda potensial antara dua buah electrode yang tercelup dalam larutan. Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Salah satu aplikasi metode potensimetri adalah titrasi potensiometri dimana larutan sampel dititrasi dengan larutan baku penitrasi kedalam larutan sampel dicelupkan elektroda indicator dan pembanding. Selisih potensial antara kedua elektroda diamati selama titrasi . kurva titrasi dihasilkan dengan jalan mengalurkan harga potensial / pH terhadap volume.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan (Basset,  1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

spektrofotometri visible

Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol.

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

 

Panjang gelombang (nm) Warna warna yang diserap Warna komplementer (warna yang terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan
610 – 800 Merah Hijau kebiruan

   Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang disebut λmaks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna, sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut juga metode kolorimetri.

        Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:

  1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.

  2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.

  3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.

  4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.

  5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.

  6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.

  7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi

           Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

            Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva kalibarasi:

  1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin kecil.

  2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.

  3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).

  4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum.

  5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.

 


Titrasi redoks

Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron . Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron) .

Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran.  Dikenal bermacam-macam titrasi redoks, yaitu
 Permanganometri,  Dikromatometri, Serimetri, Iodo-iodimetri ,dan Bromatometri.
Mari kita bahas salah satu dari titrasi redoks . .
 Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkanmembentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan bakutiosulfat .Oksidator + KI → I2 + 2eI2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6
Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahanlarutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.Reduktor + I2 → 2I- Na2S2 O3 + I2 → NaI +Na2S4 O6Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secarasempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalahindikator kanji.
Sedangkan bromometri

 

kompleksometri

Kompleksometri merupakan metode analisis kuantitatif, yaitu metode titrasi atau pengukuran kadar logam dengan menggunakan senyawa kompleks. Titrasi ini berdasarkan reaksi antara logam dengan ligan untuk membentuk senyawa kompleks antara logam dengan ligan.

Metode-metode titrasi kompleksometri :
1. Titrasi Langsung
Titrasi ini dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25 kation dengan menggunakan indikator logam. Pereaksi pembentukan kompleks, seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan endapan hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10 sering digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak.

2. Titrasi Kembali
Titrasi ini digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTAlambat atau apabila indicator yang sesuai tidak ada. EDTA berlebih ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan standar Mg dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks Mg-EDTA mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan tidak digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk menentukan logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam CaSO4.

3. Titrasi Subtitusi
Titrasi ini berguna bila tidak ada indicator yang sesuai untuk ion logam yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang mengandung kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya M2+, menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah itu.

4. Titrasi Tidak Langsung
Titrasi ini beberapa jenis telah dilaporkan, antara lain penentuan sulfat dengan menambahkan larutan baku barium berlebihan dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat sudah ditentukan setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu sukar larut lalu menitrasi kelebihan Mg.

5. Titrasi alkalimetri
Dengan menambahkan larutan Na2H2Y berlebihan kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hydrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa.

Contoh indikator
Indikator logam adalah suatu indikator terdiri dari suatu zat yang umumnya senyawa organic yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat membentuk senyawa kompleks yang warnanya berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indicator asam basa akan tergantung, pada pH larutannya, sedangkan warna indicator logam sampai batas tertentu bergantung pada pM.

Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Eriochrome Black – T
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.

b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.

c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.

d. Murexid

e. Calmagnite

f. Arsenazo I

 

Titrasi Pengendapan

Titrasi Pengendapan

Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetik seperti titrasi-titrasi lainnya seperti reaksi asam basa . Salah satu alasan terbatasnya penggunaan reaksi semacam ini adalah kurangnya indikator yang cocok . Dalam beberapa kasus terutama dalam titrasi larutan encer tingkat reaksinya terlalu lambat. Ketika mendekati titik equivalen dan titran ditambah secara perlahan penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi amat lambat.Kesulitan lainnya adalah komposisi dari endapan pada umumnya tidak diketahui karena efek-efek pengendapan pengiring.

ayooo kita bahas salah satu dari titrasi pengendapan !!

Titrasi Argentometri

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk senyawa-senyawa dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah :

AgNO3 + Cl- AgCl + NO3-
Sebagai indicator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebih ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat.

Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl, Br, I) atau anion lainnya (CN, CNS) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX).

artikel 29

Sebenarnya metode pada titrasi argentometri itu ada bermacam-macam , tetapi kita bahas salah satu metode saja .

Baca lebih lanjut

TITRASI

  apa itu titrasii ????

Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat   dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan.

Orang sering  menyebut sebagai metode volumetric, hal ini disebabkan pengukuran volume larutan dalam titrasi memegang peranan yang penting. Dari pengambilan analit dengan volume tertentu hingga pembacaan volume titran yang habis dipakai untuk titrasi mempengaruhi semua hasil analisis. Oleh sebab itu penggunaan peralatan yang tepat dalam titrasi juga tidak boleh diabaikan.

Pada titrasi ada yang disebut larutan titran , dan larutan pentitran . Larutan pentitran disebut larutan sekunder, sedangkan titer disebut larutan primer .

Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara mereaksikan sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar sekunder yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.

indikator adalah senyawa yang sensitif ( berubah warna ) pada saat analit habis atau pada saat titran berlebih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca lebih lanjut

Reaksi Penegas Kation

   Reaksi penegas :

  • sampel + K2CrO4

endapan merah bata : untuk Ag

endapan kuning          : untuk Pb

  • sampel + KI , lalu berlebih

endapan kuning pucat : untuk Ag

endapan kunyit              : untuk Pb

  • sampel + NaOH

endapan abu-hitam : untuk Ag

endapan putih           : untuk Pb

  • sampel + K2CrO4 + CH3COOH

endapan kuning             : untuk Ba

bening emas / orange  : untuk Ca

  • sampel + K4Fe( CN )6, dipanaskan

mengendap : untuk Ca

  • sampel +NH4OH + (NH4)2CrO4 + CH3COOH

endapan putih tidak larut : untuk Ca

NH4

  • sampel + NaOH + nessler

endapan coklat , celup lakmus merah ke sampel lakmus jadi biru

Hg

  • sampel + K2CrO4 ………. bening orange
  • sampel + NaOH     ………. kuning

Mg

  • sampel + titan kuning + NaOH ( padatan ) ………….. merah jonjot
  • sampel + NH4OH                                                  ………….. endapan putih/keruh
  • sampel + Na2HPO4                                              ………….. endapan putih

Zn / Al

  • sampel + K4Fe(CN)6        gel kuning kehijauan                     …………. Zn

bening kuning kehijauan             …………. Al

  • sampel + NaOH sedikit ( gel putih : Zn , endapan putih : Al )
  • sampel + NaOH+ Alizarin + CH3COOH        …………… ungu : Zn

…………… merah : Al

 

Pengujian Api

   Api Uji Pendahuluan
Uji nyala digunakan untuk visual menentukan identitas dari logam tidak diketahui atau ion metalloid berdasarkan karakteristik warna garam ternyata nyala pembakar Bunsen. Panas api menggairahkan ion logam, menyebabkan mereka untuk memancarkan cahaya tampak. Spektrum emisi karakteristik dapat digunakan untuk membedakan antara beberapa elemen.

   Cara Melakukan Uji Api

Kawat klasik loop Metode
Pertama, kita perlu loop kawat bersih. Platinum atau nikel-kromium loop yang paling umum. Dapat dibersihkan dengan mencelupkan dalam asam klorida atau nitrat, diikuti dengan membilasnya dengan air suling atau deionisasi.Menguji kebersihan loop dengan memasukkan ke dalam api gas. Jika ledakan warna yang dihasilkan, loop tidak cukup bersih. Loop harus dibersihkan antara tes.Loop bersih dicelupkan baik bubuk atau larutan garam (logam) ion. Loop dengan sampel ditempatkan di bagian yang jelas atau biru nyala api dan warna yang dihasilkan diamati.Kayu belat atau Kapas Metode swab
Splints kayu atau kapas penyeka menawarkan alternatif murah untuk loop kawat. Untuk menggunakan splints kayu, rendam semalam dalam air suling. Tuangkan air dan bilas dengan air bersih splints, berhati-hati untuk menghindari kontaminasi air dengan natrium (seperti dari keringat di tangan Anda). Ambil belat basah atau kapas yang telah dibasahi dengan air, celupkan dalam sampel yang akan diuji, dan gelombang belat atau swab melalui nyala api. Jangan pegang sampel dalam nyala karena hal ini akan menyebabkan belat atau swab untuk menyala. Gunakan belat baru atau swab untuk setiap tes.

Cara Menafsirkan Hasil

Sampel diidentifikasi dengan membandingkan warna nyala diamati terhadap nilai-nilai diketahui dari tabel atau grafik.

Merah
Carmine untuk Magenta: senyawa Lithium. Tertutup oleh barium atau natrium.
Scarlet atau Crimson: senyawa Stronsium. Tertutup oleh barium.
Merah: Rubidium (api tanpa filter)
Kuning-Merah: senyawa Kalsium. Tertutup oleh barium. Baca lebih lanjut

Analisis Kualitatif ( Kation )

       Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis   kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur . Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel .Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan

Reaksi Kering :

  • Pemanasan
  • Uji Pipa tiup
  • Uji Nyala
  • Uji spektroskopi
  • Uji Manik Boraks
  • Uji manik fosfat
  • Uji Manik natrium karbonat

Reaksi Basah :

Suatu reaksi diketahui berlangsung bila:

  • Terbetuknya endapan
  • Pembebasan gas
  • Perubahan warna

Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion / kation suatu larutan.

Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas (G. Svehla : 1985).

Apa Apakah Perbedaan Antara sebuah Kation dan Anion itu? Baca lebih lanjut

Angka Penting

Pengukuran dan Angka yang Beraneka-ragam.

Saudara sudah mempelajari tentang cara-cara pengukuran penting di laboratrium dan sistim satuan.

 

 

Dalam melakukan pengukuran biasanya selalu memperhatikan dua  hal , yaitu :

  1.   Ukuran  kuantitatifnya ,yaitu dari satuan yang digunakan.
  2.   Berapa besar  ukuran yang digunakan dapat dipercaya.

Bila kita mengukur ,kita menjumpai angka dengan cara membacanya dari skala yang digunakan untuk mengukur benda tersebut . Oleh sebab itu , hampir selalu kita berhadapan dengan keterbatasan mengenai arti angka yang diperoleh.

Untuk lebih memahami mengenai Angka penting , berikut penjelasan mengenai angka penting . Dengan adanya penjelasan ini semoga pembaca bisa membedakan dan mengerti apa itu angka penting .

Angka Penting

Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut ANGKA PENTING, terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir ( Angka taksiran ). Hasil pengukuran dalam fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu mengukurnya.

Kesalahan ini dapat diperkecil dengan menggunakan alat ukur yang lebih teliti.

  1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Contoh : 14,256 ( 5 angka penting ).
  2. Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka penting. Contoh : 7000,2003 ( 9 angka penting ).
  3. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, tetapi terletak di depan tanda desimal adalah angka penting.Contoh : 70000, ( 5 angka penting).
  4. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda desimal adalah angka penting.Contoh : 23,50000 ( 7 angka penting ).
  5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak dengan tanda desimal adalah angka tidak penting.Contoh : 3500000 ( 2 angka penting ).
  6. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak penting.Contoh : 0,0000352 ( 3 angka penting ).

Ketentuan – Ketentuan Pada Operasi Angka Penting :
1. Hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya boleh terdapat SATU ANGKA TAKSIRAN saja.
Contoh :  2,34       angka 4 taksiran
0,345 +  angka 5 taksiran
2,685      angka 8 dan 5 ( dua angka terakhir ) taksiran.
maka ditulis : 2,69
( Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka dibelakang koma yang paling sedikit).
13,46           angka 6 taksiran
2,2347 –  angka 7 taksiran
11,2253     angka 2, 5 dan 3 ( tiga angka terakhir ) taksiran
maka ditulis : 11,23
2. Angka penting pada hasil perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan angka penting yang paling sedikit.
Contoh :   8,141         ( empat angka penting )
0,22 x  ( dua angka penting )
1,79102
Penulisannya : 1,79102 ditulis 1,8 ( dua angka penting )
1,432          ( empat angka penting )
2,68 :         ( tiga angka penting )
0,53432
Penulisannya : 0,53432 di tulis 0,534 ( tiga angka penting )
3. Untuk angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5 dihilangkan.

CONTOH 1.1
Sekelompok siswa yang melakukan pengukuran massa benda menggunakan alat neraca pegas. Dalam pengukuran itu terlihat penunjukkan skala seperti pada Gambar 1.2. Aghnia menuliskan hasil 8,85 gr sedangkan John menuliskan hasil 8,9 gr. Manakah hasil yang benar?
Penyelesaian:
Coba kalian perhatikan Gambar 1.2. Dari gambar itu dapat diperoleh:
Angka pasti = 8 gr
Angka taksiran = 0,9 gr (hanya boleh satu angka taksiran, tidak boleh 0,85 karena 2 angka taksiran)
Hasil pengukuran adalah
m = angka pasti + angka taksiran
= 8 + 0,8 = 8,8 gr
Jadi yang lebih tetap adalah hasilnya John.

Untuk lebih memahami contoh ini dapat kalian coba soal berikut.

Sebuah pensil diukur panjangnya dengan mistar centimeter. Keadaannya dapat dilihat seperti pada Gambar 1.3. Tentukan hasil pengukuran tersebut.

Kesimpulan , dengan adanya angka penting mengenai bilangan yang bermakna ini dapat  menunjukan kepada kita pengukuran yang dapat dipercaya.